Rabu, 01 November 2017

  MASA PUTIH BIRU

Memang awalnya tidak saling mengenal karena, kami barasal dari sekolah dasar yang berbeda. Di SMP-lah kami dipertemukan dan di kelas yang sama. Pada masa MOS tidak terlalu dekat hanya sebatas kenal satu sama lain. Di bangku kelas satu ini aku duduk dengan seorang yang baik, cantik, namun pendiam. Karena kedekatan kami itu sangat dekat kami pun bersahabat. Orangtua kami saling mengenal, jadi jika ingin bermain bersama mudah saja.
Di semester 2 ini kami semakin dekat, namun ada yang berbeda. Kami bersahabat tidak lagi berdua, sekarang kami berlima. Di sinilah sebenarnya cerita persahabatan kami dimulai. Mungkin karena posisi tempat duduk yang berdekatan, saling berbincang-bincang, membuat kami semua nyaman, bisa mengerti satu sama lain. Ya. Itulah yang membuat kami menjadi bersahabat. Karena masih berada di kelas yang sama, tidak membuat kami bosan untuk bersama. Ya sekarang kami kelas dua, mulai melakukan hal-hal kecil yang menurut kami itu menyenangkan. Membeli kerudung, bahkan sepatu yang sama. Tidak pernah mau berpisah jika mendapat tugas kelompok.
Waktu terus berputar, terasa semakin cepat. Kami mulai seperti besi dan magnet yang sangat sulit untuk dipisahkan. Kelas 3 ini kami benar-benar menghabiskan waktu dengan kekonyolan, mungkin menurut teman-teman yang lain kami ini aneh? Em memang aneh, bukan lagi kerudung dan sepatu yang sama, kami masuk kamar mandi pun berlima ari jatoh di tengah lapangan sama-sama karena ada salah satu teman kami yang mendorong, hujan-hujanan ketika hendak salat duhur.
Sebenarnya hal ini tidak perlu kami ributkan, karena memang tidak penting sangat-sangat tidak penting. Inilah yang selalu kami ributkan selama 3 tahun ketika jam istirahat berbunyi. Berdebat antara jajan di koperasi dan belakang, ini juga yang membuat persahabatan kami unik, selalu makan bersama saat jam istirahat setelah selesai. Kami mempunyai jadwal untuk membuang sampah, ya… Walaupun aku dan satu sahabatku yang sering kena kecurangan mereka.
Dalam masalah nilai mungkin aku yang paling sok pinter di antara mereka, paling sok tahu, dan sok bisa. Tapi itu tidak membuat kami berselisih, kami saling melengkapi satu sama lain, gimana enggak, karena itu sudah tugas kami sebagai seorang sahabat. Selalu menertawakan yang lagi kena sial di awal dan baru membantunya di akhir. Bukan sebaliknya ya. Ketika kami disuruh menjadi perwakilan kelas untuk mengikuti salah satu pertandingan kami malah memilih untuk kabur dan melakukan hal yang kami suka, tanpa paksaan.
Perpisahan pun datang, dimana waktu datang ketika kami masih ingin bersama. Perpisahan bukan mau tidak mau tapi itu harus dihadapi, dan mereka yang berharap aku bisa naik ke atas panggung untuk menjadi perwakilan kelas sebagai juara umum, em lebih tepatnya sih 10 besar dari 9 kelas ya. Saat nama itu disebut merekalah yang berbahagia melihatku menjadi yang terbaik untuk mewakili kelas. Mungkin itu berkat doa ayah ibuku dan mereka yang selalu memberi semangat, motivasi, dan nasihat agar aku tidak putus asa.
Kami harus melanjutkan sekolah kami masing-masing, kami menginginkan berada di satu sekolah mengah kejuruan yang sama, namun apa daya. Hanya aku yang tidak bersama mereka, aku yang benar-benar jauh dengan mereka. Itu sangat menyakitkan, dimana impian kita ingin bersama harus pupus. Namun mereka juga tidak mendapat kelas yang sama, setidaknya mereka masih berada di sekolah yang sama. Apakah jarak dan waktu itu akan merubah segalanya? akan merubah yang indah menjadi buruk? Memang kenyataannya begitu mereka lupa. Lupa dengan apa yang telah dijanjikan dulu. Sibuk semua sibuk dengan teman-teman barunya, sementara aku hanya bisa melihat foto kenangan dulu ketika kita masih bersama.
Hei, sahabat-sahabatku aku kangen kalian. Kalian yang dulu menjadi pendengar setiaku. Selalu membangkitkanku ketika putus asa, selalu mengobatiku ketika aku terluka. Selalu menghapus air mataku, apakah kalian masih mengingatku? Terima kasih karena kalian telah memberi warna di masa putih biruku. Telah mengajari aku betapa berharganya kalian. Miss you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEYE Mania Nusantara Cak Percil asli dari Banyuwangi Cak Yudho asli dari Ngawi Bukan masalah bagus atau tidak tetapi yang namanya suka i...